Tuesday, May 2, 2017

Pembangunan Ekonomi Daerah



Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Berikut adalah Pembangunan Ekonomi di Sulawesi Tengah dari Tahun ke Tahun :
1.    Tahun 2012
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah pada 2012 meningkat sebesar 9,27 persen. Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 juga naik dari Rp19.237 miliar 2011 menjadi Rp 21.019 miliar 2012.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 26,69%. Sementara pertumbuhan ekonomi tanpa minyak dan gas pada 2012 mencapai 9,45%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sektor pertanian walaupun tumbuh 6,19%, tetapi tetap menjadi sumber pertumbuhan ekonomi utama yakni sebesar 2,42%, diikuti sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 26,99 % dengan menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 1,54%.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2012 mencapai 7,28%  , lebih rendah dari pertumbuhan triwulan II-2012 sebesar 9,68% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,31% .
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh komponen investasi, diikuti konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 4,29%, 2,64% dan 2,28%. Bila dilihat secara sektoral pertumbuhan ekonomi terutama di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana masing-masing memiliki kontribusi sebesar 2,82%, 1,40% dan 1,14%. Panen raya padi dan kakao yang berlangsung pada triwulan laporan, realisasi anggaran pemerintah (APBD dan APBN) yang berjalan progresif, peningkatan geliat ekonomi pada bulan Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri serta realisasi investasi proyek konstruksi PT. Donggi Senoro LNG yang masih berjalan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Secara tahunan , laju inflasi kota Palu pada akhir triwulan III-2012 mencapai 6,78%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,09% dan inflasi nasional 4,31%. Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 2,62% atau lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,72% . Komoditas angkutan udara dan ikan segar dominan dalam menyumbang inflasi. Hasil Survei Konsumen pada triwulan laporan menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap harga cenderung meningkat pada akhir triwulan III-2012 yang dipengaruhi oleh adanya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan IV/2012 tumbuh 7,83 persen dibandingkan triwulan III/2012, dan jika dibandingkan triwulan IV/2011 tumbuh sebesar 10,97%. Pada triwulan IV/2012 semua sektor mengalami pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan triwulan III/2012.
Priyono mengatakan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan IV/2012 adalah sektor pertambangan dan penggalian, yakni sebesar 107,75 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 9,27 persen bersumber dari konsumsi rumah tangga (3,92 persen), pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik (3,28 persen), serta ekspor barang dan jasa 2,19 persen.
Sementara impor barang dan jasa merupakan faktor pengurang pertumbuhan sebesar 1,39 persen, konsumsi pemerintah (1,13 persen), dan perubahan inventori 0,13 persen. (R026/SKD) 
Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan III-2012 menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan September2012 tercatat sebesar Rp17.056,47 milyar atau tumbuh sebesar 26,19% . Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir triwulan III-2012tercatat sebesar Rp10.469 milyar atau tumbuh sebesar 26,17% . Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat dengan pertumbuhan hingga mencapai 22,20%  sehingga total penyaluran kredit menjadi Rp13.515,59 milyar pada akhir triwulan III-2012. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai 129,10%. Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar 2,58%.


2.    Tahun 2013
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 6,21% atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,99% . Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, kelompok investasi, dan kelompok konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,99%, 3,71% dan 1,37%. Sementara di sisi sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan sebesar 1,91%; 1,50% dan 1,36%. Panen tabama dan komoditas perkebunan, pelasanaan Hari Nusantara, Natal dan Tahun Baru serta puncak realisasi anggaran APBD dan APBN menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun 2013 mencapai 9,38% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 9,24% maupun nasional sebesar 5,78%.
Secara tahunan , laju inflasi kota Palu pada akhir triwulan IV-2013 mencapai 7,57%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,87%, namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional triwulan IV-2013 sebesar 8,38%. Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 1,12%  atau lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 5,98%. Secara bulanan, inflasi triwulan IV-2013 mengalami puncak pada bulan Desember dengan tingkat inflasi sebesar 1,14%. Pada bulan tersebut, momen Hari Nusantara memberikan dampak yang cukup besar pada inflasi Kota Palu yang terkonfirmasi dari kenaikan harga ikan segar dan bumbu-bumbuan. 
Jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp20,57 triliun atau tumbuh sebesar 20,23%. Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp11,73 triliun atau tumbuh sebesar 13,84% . Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat cukup tinggi dengan pertumbuhan 22,86%  sehingga total penyaluran kredit menjadi Rp17,87 triliun pada akhir triwulan IV-2013. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai 152,28%. Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar 1,89%.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 diperkirakan mencapai 7,6% - 8,6%  atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi Tahunan Kota Palu pada triwulan I-2014 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara tahunan, perekonomian Sulawesi Tengah diproyeksikan melambat dari 9,38% pada tahun 2013 menjadi 6,6%-7,6% pada tahun 2014. Penurunan kinerja sektor pertambangan berpengaruh besar pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun 2014. Di sisi lain, inflasi Sulawesi Tengah pada tahun 2014 diproyeksikan sebesar 4,7% - 5,7%  atau turun dari tahun sebelumnya 7,57%. Tidak adanya kebijakan yang berdampak besar yang dilakukan pemerintah seperti kenaikan BBM,  berbagai upaya yang terus dilakukan berbagai pihak untuk meningkatkan produksi pangan serta rencana pembentukan TPID di beberapa kabupaten menjadi beberapa faktor perkiraan membaiknya tingkat inflasi di tahun 2014.


3.    Tahun 2014
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan hingga menjadi 2,98% , lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 6,28% maupun periode yang sama tahun sebelumnya 10,71%. Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok investasi, konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, dan kelompok konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 5,92%, 4,57% dan 1,37%. Sementara di sisi sektoral, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan sebesar 1,49%; 1,48% dan 1,47%. Penurunan kinerja produksi dan ekspor tambang pasca kebijakan larangan ekspor mentah minerba, memburuknya kinerja subsektor perkebunan dan tabama serta perlambatan kinerja keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi faktor utama penurunan tajam perekonomian pada triwulan laporan.
Secara tahunan, laju inflasi kota Palu pada akhir triwulan I-2014 mencapai 8,42%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,97% dan inflasi nasional 7,32%. Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami deflasi kuartalan sebesar 0,91%  atau lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,12% . Secara bulanan, inflasi triwulan I-2014 mengalami puncak pada bulan Januari dengan tingkat inflasi sebesar 1,03% . Pada bulan tersebut, curah hujan yang tinggi disertai banjir dan longsor di beberapa daerah di Sulawesi Tengah berimbas pada kurangnya pasokan beberapa komoditas pangan utama serta terganggunya proses distribusi dari sentra produksi ke pasar-pasar utama yang memberikan dampak cukup besar pada inflasi Kota Palu.
Jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar Rp21,36 triliun atau tumbuh sebesar 15,67% . Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp11,88 triliun atau tumbuh sebesar 13,74%. Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat dengan pertumbuhan hingga mencapai 19,81% sehingga total penyaluran kredit menjadi Rp17,16 triliun pada akhir triwulan I-2014. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai 151%. Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar 2,06%.


4.    Tahun 2015
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah mencapai titik baliknya, setelah melalui fase perlambatan pada tahun sebelumnya. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I tahun 2015 mampu mencapai pertumbuhan dua digit sebesar 17,76% atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,51%
Faktor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah adalah meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan seiring dengan beroperasinya industri pengolahan LNG dan smelter. Pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh masih tingginya realisasi investasi dan masih berlangsungnya proyek konstruksi skala besar seperti pembangunan smelter tahap II dan pabrik pupuk amonia.
Realisasi pendapatan daerah lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja daerah. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I tahun 2015 mencapai Rp 610,56 miliar atau mencapai 22,06% dari total target anggaran 2015 sebesar Rp2.768,26 miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp268,45 miliar atau 9,46% dari total anggaran yang tersedia sebesar Rp2.837,56 miliar. Peningkatan realisasi pendapatan daerah ditopang oleh pemasukan retribusi daerah yang mengalami peningkatan persentase realisasi, dari 17,66% pada triwulan I tahun 2014 menjadi 24% pada triwulan laporan atau mengalami peningkatan sebesar Rp180,73 juta.
Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah lebih tinggi dari realisasi pendapatan APBN. Pada triwulan laporan, jumlah pendapatan APBN mencapai Rp449,67 miliar sedangkan jumlah belanja mencapai Rp606,44 miliar. Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun-tahun sebelumnya, maka realisasi pendapatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan sedangkan realisasi belanja juga mengalami peningkatan sesuai dengan trend pada triwulan I tahun-tahun sebelumnya.
Memasuki triwulan I tahun 2015, tekanan inflasi tahunan Kota Palu mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada periode sebelumnya. Inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan I tahun 2015 tercatat sebesar 5,28% , lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,85% . Dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama dalam empat tahun terakhir dengan rata-rata sebesar 5,54%, inflasi tahunan periode laporan masih tercatat lebih rendah. Meredanya tekanan inflasi pada triwulan laporan, dipengaruhi oleh efek penurunan harga BBM pada awal tahun. Selain itu, panen hortikultura dan kondisi cuaca yang relatif kondusif memberi andil yang cukup besar dalam menjaga stabilitas harga pada triwulan laporan.
Kinerja perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih mengalami pertumbuhan positif yang ditandai oleh meningkatnya volume usaha, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada triwulan I tahun 2015, total aset perbankan di Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp24,55 triliun atau meningkat sebesar14,72% , tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 13,6% . Masih tumbuhnya aset perbankan dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan penghimpunan dana kepada masyarakat dan kegiatan penyaluran kredit.
Nominal transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami penurunan di sisi outflow sedangkan nominal transaksi di sisi inflow mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara secara non tunai, peredaran uang pada triwulan I tahun 2015 meningkat untuk nominal kliring dan RTGS. Sementara peredaran Cek/BG kosong mengalami peningkatan di sisi nominal dan di sisi jumlah warkat.
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami peningkatan dibandingkan semester sebelumnya (periode Agustus 2014). Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2015 tercatat sebanyak 1,43 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 1,38 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat menjadi 70,21% dari posisi sebelumnya yang mencapai 66,76%. Jumlah penganggur pada Februari 2015 mencapai 42.608 orang atau berkurang 6.781 orang jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2014 sebanyak 49.389 orang. Kenaikan jumlah angkatan kerja yang disertai dengan penurunan jumlah pengangguran menyebabkan terjadinya penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,68% pada Agustus 2014 menjadi 2,99% pada periode Februari 2015.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II-2015 diperkirakan tumbuh meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya. Perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh pada kisaran 16,5% - 17,5% . Sementara secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah di tahun 2015 diperkirakan mencapai 14,40% - 15,40%
Kinerja investasi dan ekspor diperkirakan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2015. Masih berlangsungnya proyek-proyek pembangunan industri pengolahan diperkirakan mendorong peningkatan realisasi investasi pada triwulan II tahun 2015. Salah satu proyek yang mendorong peningkatan realisasi investasi cukup tinggi adalah pembangunan pabrik amonia dan pembangunan smelter tahap II. Dari sisi ekspor, berjalannya produksi smelter tahap I dan masih adanya stok sebesar 50.000 ton yang siap diekspor diharapkan dapat menambah kontribusi pada sisi ekspor luar negeri.
Pada triwulan II 2015 Kota Palu diperkirakan masih mengalami inflasi dengan kisaran 5,37% - 6,37%  atau lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 5,28% . Hal ini disebabkan karena adanya tekanan yang bersifat seasonal seperti perayaan keagamaan bulan ramadhan dan ekspektasi menjelang idul fitri di bulan Juli. Selain itu, outlook peningkatan harga minyak dunia diperkirakan juga dapat menjadi faktor pendorong kenaikan harga BBM sehingga memicu tekanan  inflasi kelompok admistered prices.

5.   Tahun 2016
PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL ​
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar 11,81% , walaupun demikian, jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,10%  pertumbuhan pada triwulan laporan mengalami perlambatan. Mesin penggerak pertumbuhan pada triwulan ini berasal dari sektor industri pengolahan yang tumbuh 49,08%  dengan andil pertumbuhan sebesar 5,60%. Sementara dari sisi penggunaan ditopang oleh ekspor yang tumbuh sebesar 125,23% dengan andil pertumbuhan sebesar 6,50%. ​
Kondisi perekonomian Sulawesi Tengah masih berada dalam koridor yang positif meski sedikit mengalami perlambatan, penurunan harga internasional pada komoditas pertambangan berdampak pada turunnya kinerja industri dan ekspor. Sektor lain yang mempengaruhi perlambatan adalah kontraksi sektor konstruksi yang mengalami turning point setelah selesainya beberapa proyek besar industri pengolahan dan proyek lainnya telah memasuki tahap lanjutan. Selain itu, belum dimulainya pembanguan proyek fisik pemerintah juga memberikan dampak pada perlambatan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan I - 2016. ​

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ​
Realisasi pendapatan daerah Sulawesi Tengah mencapai Rp765,18 miliar atau 23,10% dari total target anggaran 2016 sebesar Rp3.312,29 miliar. Persentase nilai realisasi pendapatan pada triwulan I 2016 masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 22,06%. Sedangkan Persentase realisasi belanja Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 9,46% dan rata-rata realiasi belanja 5 tahun terakhir hanya sebesar 9,92%. ​

INFLASI DAERAH ​
Inflasi mengalami peningkatan pada akhir triwulan I 2016, tekanan inflasi tahunan Kota Palu tercatat sebesar 6,03%  lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional yang sebesar 4,45% . Inflasi tahunan Kota Palu juga lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 4,17% . Tekanan inflasi selama triwulan I 2016 dipengaruhi oleh naiknya harga beras pada keseluruhan bulan di triwulan laporan, kenaikan harga bawang merah dan cabai rawit di bulan Januari dan Maret, serta peningkatan harga ikan segar pada bulan maret triwulan laporan. Faktor cuaca menjadi salah satu penyebab dominan meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama meningkatnya indeks harga dari sub-kelompok ikan segar. Selain itu, disparitas harga antar daerah juga menyebabkan hasil panen petani hortikultura banyak terserap ke luar Sulawesi Tengah sehingga pasokan ke Kota Palu berkurang dan membuat indeks harga sub-kelompok bumbu-bumbuan di Kota Palu meningkat. ​

PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN & SISTEM PEMBAYARAN ​
Kinerja perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami peningkatan positif dari sisi pertumbuhan kredit dan aset, sedangkan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) relatif tumbuh lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2016, total aset perbankan di Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp28,50 triliun atau tumbuh sebesar 15,61% , lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 14,60% . Peningkatan aset perbankan juga diikuti oleh pertumbuhan akselerasi kredit sebesar 12,15% , sedangkan DPK tumbuh melambat sebesar 14,49% . ​
Rasio NPL-gross pada akhir Maret 2016 tercatat sebesar 2,06%, rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,86%. Peningkatan rasio NPL terutama disebabkan oleh meningkatnya NPL sektor industri pengolahan dengan pelaku usaha UMKM yang disalurkan oleh Bank Umum, dimana pelaku usaha tersebut bergerak di bidang industri susu, penggilingan padi, dan industri mesin-mesin untuk pertambangan.Meskipun mengalami peningkatan, rasio NPL perbankan secara keseluruhan pada triwulan I - 2016 masih berada pada batas aman yakni dibawah 5%, sehingga kualitas intermediasi perbankan masih berada pada kondisi yang stabil dan diharapkan dapat menunjang keamanan perbankan dalam lingkup makroprudensial ​
Nominal transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami peningkatan di sisi inflow tetapi mengalami penurunan di sisi outflow jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal outflow pada triwulan laporan mencapai Rp329,37 miliar, lebih rendah dibandingkan outflow triwulan IV 2015 yang hanya sebesar Rp1.816,19 miliar. Sedangkan inflow mengalami peningkatan menjadi Rp1.154,6 miliar dari Rp213,17 miliar di triwulan IV 2015. Sesuai dengan tren tahun sebelumnya, nilai outflow mengalami penurunan di triwulan I yang didorong oleh masih rendahnya realisasi anggaran pemerintah daerah di triwulan laporan. ​

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT ​
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami peningkatan dibandingkan semester sebelumnya (periode Februari 2016). Jumlah angkatan kerja pada Februari 2016 mencapai 1,49 juta orang, atau lebih tinggi dibandingkan periode Februari 2015 yang hanya tercatat sebanyak 1,38 juta orang.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun menjadi 3,46% dari posisi sebelumnya yang mencapai 4,10%. ​
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS, Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada bulan September 2015 tercatat sebanyak 406.340 jiwa atau 14,07% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut lebih rendah dari posisi Maret 2015 yang tercatat sebesar 14,66%. ​

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ​
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya. Tingginya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah masih didorong oleh meningkatnya kontribusi sektor pertambangan dan industri pengolahan sebagai dampak dari kinerja smelter pengolahan nikel dan pengolahan LNG. Pada triwulan II 2016, diperkirakan terdapat tambahan produksi dari industri pengolahan nikel tahap II. Optimisme tersebut diperkirakan mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada kisaran 15,8%-16,3% . Sementara itu secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah di akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran 14,5% - 14,9% . ​
Pada triwulan II - 2016 Kota Palu diperkirakan masih mengalami inflasi dengan kisaran 4,3% - 4,7% atau lebih rendah dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 6,91% . Tekanan inflasi sempat mereda pada awal triwulan II 2016 dan bahkan terjadi deflasi pada bulan April 2016 karena stabilnya pasokan bahan pokok dan menurunnya harga kelompok administered prices. Namun, kondisi ini diperkirakan akan mengalami tekanan terutama pada akhir triwulan II 2016, terkait dengan masuknya bulan Ramadhan dan persiapan Idul Fitri yang diprediksi akan mendorong pergerakan harga umum terutama dari kelompok angkutan udara,bahan makanan, makanan jadi dan bumbu-bumbuan.





Anggota :
* Irma Yantika A         ( 23216591 )
* Muhammad Dimas  ( 24216774 )
* Puspita Febriyanti    ( 25216818 )


SUMBER :

0 comments:

Post a Comment