Pengertian Pembangunan Ekonomi dan
Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu
proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan
pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi
tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Berikut adalah Pembangunan Ekonomi di Sulawesi Tengah dari
Tahun ke Tahun :
1.    Tahun 2012
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan
pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah pada 2012 meningkat sebesar 9,27 persen. Nilai
produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 juga naik
dari Rp19.237 miliar 2011 menjadi Rp 21.019 miliar 2012.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada
sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 26,69%. Sementara
pertumbuhan ekonomi tanpa minyak dan gas pada 2012 mencapai 9,45%, lebih tinggi
dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sektor pertanian walaupun tumbuh 6,19%, tetapi tetap menjadi sumber pertumbuhan ekonomi utama yakni sebesar 2,42%, diikuti sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 26,99 % dengan menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 1,54%.
Sektor pertanian walaupun tumbuh 6,19%, tetapi tetap menjadi sumber pertumbuhan ekonomi utama yakni sebesar 2,42%, diikuti sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 26,99 % dengan menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 1,54%.
Pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tengah pada triwulan III-2012 mencapai 7,28%  , lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan II-2012 sebesar 9,68% (yoy) maupun periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 9,31% . 
Di sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh komponen investasi, diikuti konsumsi
rumah tangga dan konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar
4,29%, 2,64% dan 2,28%. Bila dilihat secara sektoral pertumbuhan ekonomi
terutama di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana masing-masing memiliki
kontribusi sebesar 2,82%, 1,40% dan 1,14%. Panen raya padi dan kakao yang
berlangsung pada triwulan laporan, realisasi anggaran pemerintah (APBD dan
APBN) yang berjalan progresif, peningkatan geliat ekonomi pada bulan Ramadhan
dan Hari Raya idul Fitri serta realisasi investasi proyek konstruksi PT. Donggi
Senoro LNG yang masih berjalan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan
ekonomi pada triwulan laporan. Secara tahunan , laju inflasi kota Palu pada
akhir triwulan III-2012 mencapai 6,78%, lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,09% dan inflasi nasional 4,31%.
Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 2,62% atau
lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,72% . Komoditas
angkutan udara dan ikan segar dominan dalam menyumbang inflasi. Hasil Survei
Konsumen pada triwulan laporan menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap
harga cenderung meningkat pada akhir triwulan III-2012 yang dipengaruhi oleh
adanya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tengah pada triwulan IV/2012 tumbuh 7,83 persen dibandingkan triwulan III/2012,
dan jika dibandingkan triwulan IV/2011 tumbuh sebesar 10,97%. Pada triwulan
IV/2012 semua sektor mengalami pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan
triwulan III/2012.
Priyono mengatakan
pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan IV/2012 adalah sektor pertambangan
dan penggalian, yakni sebesar 107,75 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 9,27 persen bersumber dari konsumsi rumah tangga (3,92 persen), pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik (3,28 persen), serta ekspor barang dan jasa 2,19 persen.
Sementara impor barang dan jasa merupakan faktor pengurang pertumbuhan sebesar 1,39 persen, konsumsi pemerintah (1,13 persen), dan perubahan inventori 0,13 persen. (R026/SKD)
Pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 9,27 persen bersumber dari konsumsi rumah tangga (3,92 persen), pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik (3,28 persen), serta ekspor barang dan jasa 2,19 persen.
Sementara impor barang dan jasa merupakan faktor pengurang pertumbuhan sebesar 1,39 persen, konsumsi pemerintah (1,13 persen), dan perubahan inventori 0,13 persen. (R026/SKD)
Perkembangan berbagai
indikator perbankan pada triwulan III-2012 menunjukkan tren pertumbuhan yang
positif. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di
Sulawesi Tengah pada bulan September2012 tercatat sebesar Rp17.056,47 milyar
atau tumbuh sebesar 26,19% . Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir
triwulan III-2012tercatat sebesar Rp10.469 milyar atau tumbuh sebesar 26,17% .
Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat dengan
pertumbuhan hingga mencapai 22,20%  sehingga total penyaluran kredit
menjadi Rp13.515,59 milyar pada akhir triwulan III-2012. Kondisi tersebut
menyebabkan tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai 129,10%. Secara
umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada
triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar
2,58%.
2.    Tahun 2013
Perekonomian Provinsi
Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 6,21% atau melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,99% . Di sisi penggunaan,
pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga dan
lembaga swasta nirlaba, kelompok investasi, dan kelompok konsumsi pemerintah
dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,99%, 3,71% dan 1,37%. Sementara di
sisi sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan
sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan
sebesar 1,91%; 1,50% dan 1,36%. Panen tabama dan komoditas perkebunan,
pelasanaan Hari Nusantara, Natal dan Tahun Baru serta puncak realisasi anggaran
APBD dan APBN menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun 2013
mencapai 9,38% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 9,24% maupun nasional
sebesar 5,78%.
Secara tahunan , laju
inflasi kota Palu pada akhir triwulan IV-2013 mencapai 7,57%, lebih tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,87%, namun
masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional triwulan IV-2013 sebesar
8,38%. Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 1,12%
 atau lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 5,98%.
Secara bulanan, inflasi triwulan IV-2013 mengalami puncak pada bulan Desember
dengan tingkat inflasi sebesar 1,14%. Pada bulan tersebut, momen Hari Nusantara
memberikan dampak yang cukup besar pada inflasi Kota Palu yang terkonfirmasi
dari kenaikan harga ikan segar dan bumbu-bumbuan. 
Jumlah aset perbankan
di Sulawesi Tengah pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp20,57 triliun
atau tumbuh sebesar 20,23%. Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir
triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp11,73 triliun atau tumbuh sebesar 13,84% .
Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat
cukup tinggi dengan pertumbuhan 22,86%  sehingga total penyaluran kredit
menjadi Rp17,87 triliun pada akhir triwulan IV-2013. Kondisi tersebut
menyebabkan tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai 152,28%. Secara
umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada
triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar
1,89%.
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 diperkirakan mencapai 7,6% - 8,6%
 atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Inflasi Tahunan Kota Palu pada triwulan I-2014 diperkirakan lebih tinggi
dibandingkan inflasi tahunan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
tahunan, perekonomian Sulawesi Tengah diproyeksikan melambat dari 9,38% pada
tahun 2013 menjadi 6,6%-7,6% pada tahun 2014. Penurunan kinerja sektor
pertambangan berpengaruh besar pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tengah di tahun 2014. Di sisi lain, inflasi Sulawesi Tengah pada tahun 2014
diproyeksikan sebesar 4,7% - 5,7%  atau turun dari tahun sebelumnya 7,57%.
Tidak adanya kebijakan yang berdampak besar yang dilakukan pemerintah seperti
kenaikan BBM,  berbagai upaya yang terus dilakukan berbagai pihak untuk
meningkatkan produksi pangan serta rencana pembentukan TPID di beberapa
kabupaten menjadi beberapa faktor perkiraan membaiknya tingkat inflasi di tahun
2014.
3.    Tahun 2014
Perekonomian Provinsi
Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 mengalami penurunan pertumbuhan yang
signifikan hingga menjadi 2,98% , lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya 6,28% maupun periode yang sama tahun sebelumnya
10,71%. Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok
investasi, konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, dan kelompok
konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 5,92%, 4,57% dan
1,37%. Sementara di sisi sektoral, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan
masing-masing sumbangan sebesar 1,49%; 1,48% dan 1,47%. Penurunan kinerja
produksi dan ekspor tambang pasca kebijakan larangan ekspor mentah minerba, memburuknya
kinerja subsektor perkebunan dan tabama serta perlambatan kinerja keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan menjadi faktor utama penurunan tajam perekonomian
pada triwulan laporan.
Secara tahunan, laju
inflasi kota Palu pada akhir triwulan I-2014 mencapai 8,42%, lebih tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,97% dan
inflasi nasional 7,32%. Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami deflasi
kuartalan sebesar 0,91%  atau lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya sebesar 1,12% . Secara bulanan, inflasi triwulan I-2014 mengalami
puncak pada bulan Januari dengan tingkat inflasi sebesar 1,03% . Pada bulan
tersebut, curah hujan yang tinggi disertai banjir dan longsor di beberapa
daerah di Sulawesi Tengah berimbas pada kurangnya pasokan beberapa komoditas
pangan utama serta terganggunya proses distribusi dari sentra produksi ke
pasar-pasar utama yang memberikan dampak cukup besar pada inflasi Kota Palu.
Jumlah aset perbankan
di Sulawesi Tengah pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar Rp21,36 triliun atau
tumbuh sebesar 15,67% . Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir
triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp11,88 triliun atau tumbuh sebesar 13,74%.
Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat
dengan pertumbuhan hingga mencapai 19,81% sehingga total penyaluran kredit
menjadi Rp17,16 triliun pada akhir triwulan I-2014. Berdasarkan jenis
penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit
kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat
LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai 151%. Secara umum kualitas kredit
yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih
baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar 2,06%.
4.    Tahun 2015
Pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tengah mencapai titik baliknya, setelah melalui fase perlambatan pada
tahun sebelumnya. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I tahun
2015 mampu mencapai pertumbuhan dua digit sebesar 17,76% atau lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,51%
Faktor yang mendorong meningkatnya
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah adalah meningkatnya kontribusi sektor
industri pengolahan seiring dengan beroperasinya industri pengolahan LNG dan
smelter. Pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh masih tingginya realisasi
investasi dan masih berlangsungnya proyek konstruksi skala besar seperti
pembangunan smelter tahap II dan pabrik pupuk amonia.
Realisasi pendapatan
daerah lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja daerah. Realisasi
pendapatan daerah hingga triwulan I tahun 2015 mencapai Rp 610,56 miliar atau
mencapai 22,06% dari total target anggaran 2015 sebesar Rp2.768,26 miliar.
Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp268,45 miliar atau 9,46%
dari total anggaran yang tersedia sebesar Rp2.837,56 miliar. Peningkatan
realisasi pendapatan daerah ditopang oleh pemasukan retribusi daerah yang
mengalami peningkatan persentase realisasi, dari 17,66% pada triwulan I tahun
2014 menjadi 24% pada triwulan laporan atau mengalami peningkatan sebesar
Rp180,73 juta.
Realisasi belanja
APBN di Sulawesi Tengah lebih tinggi dari realisasi pendapatan APBN. Pada
triwulan laporan, jumlah pendapatan APBN mencapai Rp449,67 miliar sedangkan
jumlah belanja mencapai Rp606,44 miliar. Jika dibandingkan dengan pencapaian
tahun-tahun sebelumnya, maka realisasi pendapatan mengalami peningkatan yang
cukup signifikan sedangkan realisasi belanja juga mengalami peningkatan sesuai
dengan trend pada triwulan I tahun-tahun sebelumnya.
Memasuki triwulan I tahun 2015, tekanan
inflasi tahunan Kota Palu mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan
inflasi pada periode sebelumnya. Inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan I
tahun 2015 tercatat sebesar 5,28% , lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 8,85% . Dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama
dalam empat tahun terakhir dengan rata-rata sebesar 5,54%, inflasi tahunan
periode laporan masih tercatat lebih rendah. Meredanya tekanan inflasi pada
triwulan laporan, dipengaruhi oleh efek penurunan harga BBM pada awal tahun.
Selain itu, panen hortikultura dan kondisi cuaca yang relatif kondusif memberi
andil yang cukup besar dalam menjaga stabilitas harga pada triwulan laporan.
Kinerja perbankan di
Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih mengalami pertumbuhan positif yang
ditandai oleh meningkatnya volume usaha, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Pada triwulan I tahun 2015, total aset perbankan di Sulawesi Tengah tercatat
sebesar Rp24,55 triliun atau meningkat sebesar14,72% , tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 13,6% . Masih
tumbuhnya aset perbankan dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan penghimpunan
dana kepada masyarakat dan kegiatan penyaluran kredit.
Nominal transaksi uang tunai di Sulawesi
Tengah pada triwulan laporan mengalami penurunan di sisi outflow sedangkan
nominal transaksi di sisi inflow mengalami peningkatan jika dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sementara secara non tunai, peredaran uang pada triwulan I
tahun 2015 meningkat untuk nominal kliring dan RTGS. Sementara peredaran Cek/BG
kosong mengalami peningkatan di sisi nominal dan di sisi jumlah warkat.
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah
secara umum mengalami peningkatan dibandingkan semester sebelumnya (periode
Agustus 2014). Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2015 tercatat sebanyak
1,43 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 1,38
juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat menjadi 70,21%
dari posisi sebelumnya yang mencapai 66,76%. Jumlah penganggur pada Februari
2015 mencapai 42.608 orang atau berkurang 6.781 orang jika dibandingkan dengan
bulan Agustus 2014 sebanyak 49.389 orang. Kenaikan jumlah angkatan kerja yang
disertai dengan penurunan jumlah pengangguran menyebabkan terjadinya penurunan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,68% pada Agustus 2014 menjadi 2,99%
pada periode Februari 2015.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah
pada triwulan II-2015 diperkirakan tumbuh meningkat lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya. Perekonomian Sulawesi
Tengah diperkirakan tumbuh pada kisaran 16,5% - 17,5% . Sementara secara
tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah di tahun 2015
diperkirakan mencapai 14,40% - 15,40%
Kinerja investasi dan ekspor diperkirakan
menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2015. Masih
berlangsungnya proyek-proyek pembangunan industri pengolahan diperkirakan
mendorong peningkatan realisasi investasi pada triwulan II tahun 2015. Salah
satu proyek yang mendorong peningkatan realisasi investasi cukup tinggi adalah
pembangunan pabrik amonia dan pembangunan smelter tahap II. Dari sisi ekspor,
berjalannya produksi smelter tahap I dan masih adanya stok sebesar 50.000 ton
yang siap diekspor diharapkan dapat menambah kontribusi pada sisi ekspor luar
negeri.
Pada triwulan II 2015 Kota Palu diperkirakan
masih mengalami inflasi dengan kisaran 5,37% - 6,37%  atau lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan I 2015 yang tercatat sebesar
5,28% . Hal ini disebabkan karena adanya tekanan yang bersifat seasonal seperti
perayaan keagamaan bulan ramadhan dan ekspektasi menjelang idul fitri di bulan
Juli. Selain itu, outlook peningkatan harga minyak dunia diperkirakan juga
dapat menjadi faktor pendorong kenaikan harga BBM sehingga memicu tekanan
 inflasi kelompok admistered prices.
5.   Tahun 2016
PERKEMBANGAN
MAKROEKONOMI REGIONAL 
Perekonomian Provinsi
Sulawesi Tengah pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar 11,81% , walaupun demikian,
jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
15,10%  pertumbuhan pada triwulan laporan mengalami perlambatan. Mesin
penggerak pertumbuhan pada triwulan ini berasal dari sektor industri pengolahan
yang tumbuh 49,08%  dengan andil pertumbuhan sebesar 5,60%. Sementara dari
sisi penggunaan ditopang oleh ekspor yang tumbuh sebesar 125,23% dengan andil
pertumbuhan sebesar 6,50%. 
Kondisi perekonomian
Sulawesi Tengah masih berada dalam koridor yang positif meski sedikit mengalami
perlambatan, penurunan harga internasional pada komoditas pertambangan
berdampak pada turunnya kinerja industri dan ekspor. Sektor lain yang
mempengaruhi perlambatan adalah kontraksi sektor konstruksi yang mengalami
turning point setelah selesainya beberapa proyek besar industri pengolahan dan
proyek lainnya telah memasuki tahap lanjutan. Selain itu, belum dimulainya
pembanguan proyek fisik pemerintah juga memberikan dampak pada perlambatan
ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan I - 2016. 
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH 
Realisasi pendapatan
daerah Sulawesi Tengah mencapai Rp765,18 miliar atau 23,10% dari total target
anggaran 2016 sebesar Rp3.312,29 miliar. Persentase nilai realisasi pendapatan
pada triwulan I 2016 masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang mencapai 22,06%. Sedangkan Persentase realisasi belanja
Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 9,46% dan rata-rata realiasi
belanja 5 tahun terakhir hanya sebesar 9,92%. 
INFLASI
DAERAH 
Inflasi mengalami
peningkatan pada akhir triwulan I 2016, tekanan inflasi tahunan Kota Palu
tercatat sebesar 6,03%  lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional
yang sebesar 4,45% . Inflasi tahunan Kota Palu juga lebih tinggi dibandingkan
inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 4,17% . Tekanan inflasi selama
triwulan I 2016 dipengaruhi oleh naiknya harga beras pada keseluruhan bulan di
triwulan laporan, kenaikan harga bawang merah dan cabai rawit di bulan Januari
dan Maret, serta peningkatan harga ikan segar pada bulan maret triwulan
laporan. Faktor cuaca menjadi salah satu penyebab dominan meningkatnya tekanan
inflasi pada triwulan laporan terutama meningkatnya indeks harga dari
sub-kelompok ikan segar. Selain itu, disparitas harga antar daerah juga
menyebabkan hasil panen petani hortikultura banyak terserap ke luar Sulawesi
Tengah sehingga pasokan ke Kota Palu berkurang dan membuat indeks harga
sub-kelompok bumbu-bumbuan di Kota Palu meningkat. 
PERKEMBANGAN
SISTEM KEUANGAN & SISTEM PEMBAYARAN 
Kinerja perbankan di
Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami peningkatan positif dari sisi
pertumbuhan kredit dan aset, sedangkan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
relatif tumbuh lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2016,
total aset perbankan di Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp28,50 triliun atau
tumbuh sebesar 15,61% , lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 14,60% . Peningkatan aset perbankan juga diikuti oleh
pertumbuhan akselerasi kredit sebesar 12,15% , sedangkan DPK tumbuh melambat
sebesar 14,49% . 
Rasio NPL-gross pada
akhir Maret 2016 tercatat sebesar 2,06%, rasio tersebut lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,86%. Peningkatan rasio
NPL terutama disebabkan oleh meningkatnya NPL sektor industri pengolahan dengan
pelaku usaha UMKM yang disalurkan oleh Bank Umum, dimana pelaku usaha tersebut
bergerak di bidang industri susu, penggilingan padi, dan industri mesin-mesin
untuk pertambangan.Meskipun mengalami peningkatan, rasio NPL perbankan secara
keseluruhan pada triwulan I - 2016 masih berada pada batas aman yakni dibawah
5%, sehingga kualitas intermediasi perbankan masih berada pada kondisi yang
stabil dan diharapkan dapat menunjang keamanan perbankan dalam lingkup
makroprudensial 
Nominal transaksi
uang tunai di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami peningkatan di
sisi inflow tetapi mengalami penurunan di sisi outflow jika dibandingkan
triwulan sebelumnya. Nominal outflow pada triwulan laporan mencapai Rp329,37
miliar, lebih rendah dibandingkan outflow triwulan IV 2015 yang hanya sebesar
Rp1.816,19 miliar. Sedangkan inflow mengalami peningkatan menjadi Rp1.154,6
miliar dari Rp213,17 miliar di triwulan IV 2015. Sesuai dengan tren tahun
sebelumnya, nilai outflow mengalami penurunan di triwulan I yang didorong oleh
masih rendahnya realisasi anggaran pemerintah daerah di triwulan laporan. 
KETENAGAKERJAAN
DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 
Kondisi
ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami peningkatan
dibandingkan semester sebelumnya (periode Februari 2016). Jumlah angkatan kerja
pada Februari 2016 mencapai 1,49 juta orang, atau lebih tinggi dibandingkan
periode Februari 2015 yang hanya tercatat sebanyak 1,38 juta orang.Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) menurun menjadi 3,46% dari posisi sebelumnya yang
mencapai 4,10%. 
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS,
Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada bulan September 2015 tercatat
sebanyak 406.340 jiwa atau 14,07% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah
tersebut lebih rendah dari posisi Maret 2015 yang tercatat sebesar 14,66%. 
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH 
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2016 diperkirakan lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya. Tingginya
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah masih didorong oleh meningkatnya kontribusi
sektor pertambangan dan industri pengolahan sebagai dampak dari kinerja smelter
pengolahan nikel dan pengolahan LNG. Pada triwulan II 2016, diperkirakan
terdapat tambahan produksi dari industri pengolahan nikel tahap II. Optimisme
tersebut diperkirakan mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
pada kisaran 15,8%-16,3% . Sementara itu secara tahunan, pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sulawesi Tengah di akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran 14,5%
- 14,9% . 
Pada
triwulan II - 2016 Kota Palu diperkirakan masih mengalami inflasi dengan
kisaran 4,3% - 4,7% atau lebih rendah dibandingkan dengan realisasi inflasi
triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 6,91% . Tekanan inflasi sempat mereda
pada awal triwulan II 2016 dan bahkan terjadi deflasi pada bulan April 2016
karena stabilnya pasokan bahan pokok dan menurunnya harga kelompok administered
prices. Namun, kondisi ini diperkirakan akan mengalami tekanan terutama pada
akhir triwulan II 2016, terkait dengan masuknya bulan Ramadhan dan persiapan Idul
Fitri yang diprediksi akan mendorong pergerakan harga umum terutama dari
kelompok angkutan udara,bahan makanan, makanan jadi dan bumbu-bumbuan.
Anggota :
* Irma Yantika A         ( 23216591 )
* Muhammad Dimas  ( 24216774 )
* Puspita Febriyanti    (
25216818 )
SUMBER :




0 comments:
Post a Comment